Dari Bedah Buku Trilogi Spiritualitas Bung Karno 1: Candradimuka (6)
(Jawa Pos- Radar Kediri) Ikatan Soekarno dengan Ndalem Pojok, Wates tidak sebatas kanak-kanak. Hingga ia dewasa, Putra Sang Fajar tetap sering datang ke sana. Itu karena keberadaan ayah angkatnya R.M. Soemosewojo.
Keterikatan itu tak lepas dan hubungan Soekamo dengan Raden Mas Soemosewojo yang menjadi ayah angkatnya. Hingga tamat Hoogere Burger school(HBS) di Surabaya bahkan melanjutkan ke Technischee Hooge School (THS) Bandung dia masih sering ke Ndalem Pojok.
Masa-masal tua dalah masa pergerakan. Soekarno yang sudah ditempa oleh H.O.S Cokroaminoto semasa indekos dirumahnya telah berkembang menjadi sosok pemuda pergerakan yang bersinar bintang. Maka, setiap pulang ke Ndalem Pojok di Wates, dia tak jarang mengajak seorang tokoh-tokoh pegerakan tersebut.
Di ruang tamu Ndalem Pojok itulah soekarno sering berdiskusi dengan mereka tentang nasib bangsa Indonesia. Diantaranya adalah dr. Soetomo, R.M. Sosrokartono (kakak R.A. Kartini) dan H.O.S. Cokroaminoto sendiri.
Bahkan menurut R.M Sajid Soemodihardjo (salah satu adik RM. Soemosewojo, red) di Ndalem Pojok pula cokroaminito pernah melatih Soekarno berorasi.
Itu dilakukan dibawah pohon beringin besar nan rindang di halaman rumah. “teriak-teriaknya ya dibawah pohon beringin itu. Tapi, sekarang beringinnya sudah ditebang dan mati”, ungkap Suharjono yang lebih akrab disapa Pak Yon yang kini mendiami Ndalem Pojok kepada wartawan koran ini, Mlnggu (7/7).
Sebagal ayah angkat, R.M. Soemosewojo memang mempunyal perhatian besar kepada Soekarno. Apalagi, dia dan ayahnya, R.M.P. Soemoatmodjo, sudab memprediksi bahwa Soekarno akan menjadi orang besar di negeri ini.
Itu sebabnya, setelah Soekarno diboyong kemball oleh ayahnya, R. Soekeni, dan NdalemPojok setelah berusia lima tahun, Soemosewojo alias Pak limo masih sering menjenguk Soekarno di tempat tinggal barunya. Di samping, Soekarno sendiri yang tetap Bering pulang ke Ndalem Pojok.
Pak Umo rajin menjenguk Soekarno saat tinggal di Jombang, Mojokerto, indekos di Surabaya, bahkan hingga dia indekos kala berkuliah di THS Bandung (kini institut Teknologi Bandung, Red). Dikisahkan Dian Sukamo dalam bukunya, Pak Umo pernah mengajak adiknya, R.M. Sajid Soemodihardjo. menjenguk Soekarno yang indekos di rumah Inggit Garnasih. Di situlah keduanya terkesan oleh keramahan lnggit.
Pak Umo pula yang akhirnya menjadi wall Soekarno ketika dia menikah dengan ibu kosnya tersebut. Sebab, ayahnya, Raden Soekeni, tidak mau hadir karena serba-pakewuh dengan H,O.S. Cokroaminoto, ayah Oetari, istri pertama Soekarno. Demi menjaga perasaan sahabatnya itu pula, Soekeni tidak pernah menjenguk Soekarno ke Bandung setelah itu. Dan, Pak Umolah yang menggantikannya.
Peran Umo dari Ndalem Pojok ini diakui pula oleh penuiss buku lain, Reni Nuryani, dalam “Perempuan dalam Hidup Soekarno, Blografi Inggit Garnasih terbitan Ombak, Iogjakarta, 2007. Di sana dltuliskan bahwa “dalarn pernikahan itu, dan pihak Inggit hadir Ibu Amsi dan Bapak Nata sebagai wali dikarenakan ayahnya, Bapak Ardjipan, telah lama meninggal. Sementara, dan pihak Sukarno hadir Bapak Sumosewoyo.” (adi nugroho/hid/bersambung). Di ketik ulang dari Jawa Pos Radar Kediri edisi Kamis 11 Juli 2013