Nama kecil Soekarno adalah Koesno karena dia sakit-sakitan lalu nama Koesno diganti menjadi Soekarno. Bung Karno dalam buku “Penyambung Lidah Rakyat” karya Cindy Adams. Mengatakan: “Namaku ketika lahir adalah Koesno. Aku memulai hidup ini sebagai anak yang sakit-sakitan. Aku terkena malaria, disentri, semua penyakit dan setiap penyakit. Bapak berpikir,”Namanya tidak cocok. Kita harus memberikan nama lain supaya tidak sakit-sakitan lagi.
Cerita dalam buku “Penyambung Lidah Rakyat” ini masih berupa penggalan. Padahal sejarah pergantiaan nama Koesno menjadi Soekarno adalah peristiwa yang sangat besar. Andai saja sakit Koesno tidak dapat tersembuhkan? Andai saja nama Koesno tidak diganti menjadi Soekarno? Tentu tidak akan ada Sang Proklamator yang bernama Soekarno. Pergantian nama ini seolah adalah awal perubahan segala-galanya.
Dalam buku “Trilogi Spiritualisa Bung Karno” pergantian nama Koesno menjadi Soekarno ini diretas cukup panjang dalam bab tersendiri dengan judul “Koesno menjadi Soekarno”. Dituliskan bahwa peristiwa sakitnya Koesno itu ada di Ploso Kabuh Jombang kemudian diobati oleh tabib Den Mas Mendhung yang tak lain adalah RM Soemosewojo kerabat dekat R. Soekeni ayah Bung Karno. Kemudian dari Ploso bayi Koesno dibawa ke Kediri antara tahun 1902-1905. Dikamar inilah bayi Koesno kemudian tingal bersama kedua orang tuanya guna menjalani perawatan lebih lanjut, sampai menjadi ritual pergantian nama dari Koesno menjadi Soekarno.*