Betuknya biasa. Seperti pintu-pintu kuno yang lain. Tapi di Ndalem Pojok situs Bung Karno Kediri pintu ini di “istimewakan” karena juga mempunyai nilai sejarah dengan Sang Founding Father.
Pintu berukuran 170×120 sentimenter ini ada dua pasang. Satu pintu dipasang dibagian depan pendopo Ndalem Pojok sedangkan satu pintu lainnya sedikit lebih kecil letakkan di sebelah timur.
Awalnya pendopo Ndalem Pojok yang dibangun pada tahun 1890an oleh ayah angkat Bung Karno yang dikenal dengan nama Den Mas Mendung alias RM. Soemosewojo ini terbuat dari bambu. Kemudian pada masa-masa pergerakan karena pendopo Ndalem Pojok sering digunakan sebagai tempat pertemuan para tokoh pergerakan seperti: dr. Soetomo, dr. Cipto Mangun Koesumo, Muso, RMP. Sosrokartono seolah memaksa Soekarno untuk menganti pintu tersebut.
“Pak Aku isin kalo konco-koncoku, kalau aku duwe duwek aku pingin nukokne lawang iki,” (Pak saya malu dengan teman-temanku, nanti kalau saya punya uang saya ingin membelikan daun pintu ini,” kata Soekarno Muda pada ayah angkatnya sebagaimana di kisahkan oleh RM. Soeharjono keponakan RM. Soemosewojo.
Sungguhan, Tuhan membrikan jalan waktu itu Soekarno Muda mendapat sedikit rizqi hasil membantu sebagia arsitek pembangunan jembatan Brantas Kota Kediri. Dari hasil kerjanya itulah ia membelikan pintu itu.
“Pintu ini bukan hasil karya Bung Karno tapi pintu dagangan Bung Karno (pembelian red),” tegas Dian Yuwono saat napak tilas sejarah perjalanan Bung Karno di Kediri pada acara Festival Cinta Tanah Air Indonesia dan Pameran Artefak Bung Karno 21 Maret 2014 lalu.*