Bagi masyarakat Jawa, seni sinden sudah sangat akrab di telinga. Dulu kesenian tradisional ini pernah popular dan menjadi kebanggaan. Namun kini, keberadaan sinden mulai jarang didengar malah kadang-kadang dimata masyarakat “gelar” sinden pandang sebagai status sosial yang rendahan. Muncul kemudian istilah sinden lebih nyaman di sebut waranggana.
Tak perlu bertengkar soal istilah, yang pasti seni budaya pesinden yang luhur sekarang ini sudah layu , untukitu perlu disiram. Sebab jika layu ini terus dibiarkan dan tidak ada generasi muda yang mau tumbuh belajar tidak mustahil kedepan budaya-budaya luhur bangsa ini akan punah. Kemudian pada ahirnya hilanglah karya-karya seni leluhur bangsa tergilas derasnya moderenisasi dan tidak mustahil ahirnya kita harus belajar budaya sendiri ke luar negeri.
Kami mengajak, ayo generasi muda mari bersama-sama belajar turut melestarikan budaya-budaya kita sendiri. Disanalah kita akan menemukan jatidiri budaya kita. Moderenisasi dan globalisasi tak perlu ditolak, justru harus kita hadapi. Bekalnya cukup berpegang teguh pada jatidiri.
Jangan sungkan, mari juga belajar Pesinden di Situs Bung Karno Kediri. Kita akan diajari oleh guru-guru yang sudah mahir dibidangnya, seprti Ibu Joko, Ibu Rin, Ibu Tatik sinden kondang Kediri. Lak perlu berfikir soal biaya, Anda mau belajar dengan sungguh-sungguh saja kita sudah gembira. Guru-guru ikhlas membantu.*