Dari Bedah Buku Trilogi Spiritualitas Bung Karno 1: Candradimuka (8)
Bukan tanpa alasan Ndalem Pojok, Wates tetap berdiri kokoh. Hal ini karena
kegigihan R.MP Soemoatrrmjo dan keturunannya untuk terus menjaganya. Dengan segala keterbatasan.
Terletak di Desa Pojok, Wates tak jauh dari jalan raya, Ndalem Pojok bisa dibilang sangat asri. Kesan pertama saat datang kesana pastilah hawanya yang sejuk. Rindangnya pepohonan di halaman membuat terik matahari tak begitu terasa.
Pohon-pohonnya tua dan besar. Salah satunya, kantil yang tepat berada ditengah halaman. Ada juga pepohonan perdu dan bungaebiinga lainnya. Kokok ayam yang bebas berkeliaran membuat suasana pedesaan di lereng Gunung Kelud ini begitu terasa.
Ndalem Pojok sepertinya tak banyak berubah. Desain atapnya masih seperti rumah joglo. Memanjang ke samping dan menurun di bagjan depan. Sebagian besar dindingnya dan’ anyaman bambu (gedek). Namun wajah rumah ini sudah terlihat bersolek. Yang paling mencolok adalah empat pilar putihnya. Tak terlalu besar, tingginya menyesuaikan rumah, bentuknya seperti pilar-pilar kerajaan Yunani.
Masuk ke dalam, kecuali lantai yang sudah berkeramik putih, semua sudut ruangan masih diisi ornamen lama peninggalan Eyang Panji, sang empunya rumah. “Rumah ini jangan
diubah,” ujar Suhardjono atau PakYon, menirukan ucapan RM Sajid Soemodihardjo, bapaknya
Karena wejangan itulah, ia dan kerabat yang lain tak berani mengubah. Beberapa renovasi yang dilakukan karena memang bagianyang lama tidak bisa pertahankan lagi. “Seperti tembok depan itu, diganti bata karena gedek yang lama dimakan rayap,” timpal Suratmi, istri Pak Yon.
Namun tidak semua bagian rumah bisa direnovasi. Termasuk sejumlah sudut langit-langit gedek yang berlubang karena dimakan zaman. Termasuk di atas dipan Pak Yon. “Ya memang begini adanya Dik. Nggak punya uang untuk merenovasi,” ungkap pria yang pendengarannya tak lagi sempurna ini.
Sejak ditulis dan diterbitkan media, Pak Yon pun berterima kasih karena ada perhatian pada
rumah bersejarah itu. Namun ia juga menyelipkan sejumlah kekhawatiran. Di antaranya karena banyak tamu yang datang. Hanya tinggal berdua dengan sang istri, Pak Yon merasa tak mampu mengamankan barang-barang peninggalan Bung Karno dari tangan-tangan jahil pengunjung-
nya. “Masak dipasang kawat, nanti dibilang keterlaluan. Tapi bagaimana pun, warisan sejarah
ini harus dipertahankan,” tandasnya. (die/ndr/bersambung).