Bung Karno dalam buku “Penyambung Lidah Rakyat” karya Cindy Adams. Mengatakan: “Namaku ketika lahir adalah Kusno. Aku memulai hidup ini sebagai anak yang sakit-sakitan. Aku terkena malaria, disentri, semua penyakit dan setiap penyakit. Bapak berpikir,”Namanya tidak cocok. Kita harus memberikan nama lain supaya tidak sakit-sakitan lagi.”
Nama kecil Soekarno adalah Koesno karena dia sakit-sakitan lalu naman Koesno diganti menjadi Soekarno. Cerita dalam “Penyambung Lidah Rakyat” ini ternyata masih berupa penggalan. Sakitnya Koesno dan bergantinya nama Koesno menjadi Soekarno adalah peristiwa yang sangat besar. Andai saja sakit Koesno tidak tersembuhkan? Seandainya pula tidak nama Koesno tidak diganti menjadi Soekarno? Mungkin tidak akan ada yang Presiden RI pertama yang namanya Soekarno. Seolah pergantian nama itu merubah segala-galanya.
Dalam buku “Trilogi Spiritualisa Bung Karno” yang diberi pengantar oleh Guruh Sukarno Putra kisah sakitnya Koesno dan pergantian nama Koesno menjadi Soekarno ini diretas cukup panjang bahkan dijadikan bab tersendiri dengan judul “Koesno menjadi Soekarno”. Diterangkan bahwa peristiwa besar sakitnya Koesno itu ada di Kabuh Jombang Jawa Timur oleh tabib yang bernama Den Mas Mendhung julukan dari RM. Soemosewojo putra dari RMP. Soemohatmodjo yang tak lain adalah kerabat dari R. Setelah.
Setelah dari Ploso Jombang bersama kedua orang tunya bayi Koesno dibawa ke Kediri untuk menjalani perawatan lebih lanjut. Keluarga ini menempati kamar sebelah timur dari pendopo Ndalem Pojok. Di Ndalem Pojok itu jualah nama Koesno di selamati jenang abang dan diganti menjadi Soekarno.*
Tinggalkan Balasan