Suara Pembaharuan. [BLITAR] Pada peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni, fokus upacara selalu di makam Presiden Pertama RI, Bung Karno di Blitar, Jawa Timur.
Namun, belum banyak warga masyarakat yang berziarah atau ingin mengetahui tempat masa kecil Bung Karno.
Di masa kecilnya, Bung Karno tinggal di Ndalem (Rumah). Kondisi Ndalem Pojok sangat berbeda dengan deretan rumah di kawasan pemukiman tersebut.
Halamannya luas dengan pohon Kanthil yang usianya ratusan tahun yang memberikan kesan megah dan berwibawa.
Menurut banyak pihak, Ndalem Pojok memiliki nuansa tempo doeloe yang kental. Terdapat lampu gantung yang sudah dimodifikasi dengan dop listrik, juga banyak foto-foto BK terpajang di dinding. Di ruang tamu itu pula terdapat sebuah etalase yang memajang koleksi BK.
Beberapa koleksi itu di antaranya, tongkat, tasbih, wayang dan buku-buku yang pernah dibaca serta buku-buku tentang diri BK. Rumah bagian belakang justru berdinding kayu, dengan atapnya yang tinggi dan jendela besar yang menjadi ciri khas rumah era Abad 18.
“Ndalem Pojok ini mengalami sedikit renovasi pada tahun 2009, dengan mengganti bagian dinding depan yang semula dari anyaman bambu (gedhek) menjadi dinding tembok dengan bagian luar memakai tatanan bata merah. Juga lantainya sudah diganti keramik,” ujar Kushartono.
Menurut Kushartono, rumah masa kecil BK itu dibangun oleh RM Soemohatmodjo, pengikut setia Pangeran Diponegoro, pada pertengahan abad ke-18.
Dua anak Soemohatmodjo yang terkait dengan Sang Proklamator adalah RM Soerati Soemosewojo yang menjadi ayah angkat BK dan RM Sajid Soemodihardjo, yang diangkat BK sebagai Kepala Rumah Tangga Kepresidenan di Yogyakarta.
Semestinya, ujar Kushatono lagi, Ndalem Pojok tercatat dalam sejarah nasional, karena menjadi saksi peristiwa penting kehidupan BK. Sebab, Presiden ke-1 RI itu terlahir dengan nama Koesno, sempat bermukim di rumah tersebut pada tahun 1903.
“Di sinilah, ritual dengan adat Jawa untuk mengganti nama Koesno menjadi Soekarno dilaksanakan. Setelah itu, Soekarno kecil sempat bermukim di kamar bagian depan, sebelah timur, sejak usia 2-5 tahun. Di rumah ini, Soekarno diasuh RM Soemosewojo, ayah angkatnya,” ujar Kushatono.
Soemosewojo alias Denmas Mendung adalah orang yang mengobati dan merawat Koesno saat mengalami sakit parah di Jombang, Jatim.
Sebelum mengobati Koesno, Soemosewojo meminta dua syarat pada Sukeni, ayah kandung Koesno. Yakni, nama Koesno yang dinilai kurang tepat dan menimbulkan banyak gangguan kesehatan, mesti diganti dengan Soekarno. Selain itu, Soekarno juga akan dijadikan anak angkat Soemosewojo.
“Jadi, di rumah inilah, Sang Proklamator itu berganti nama dari Koesno menjadi Soekarno yang kemudian dikenal dengan Bung Karno. Di sini pula dilakukan selamatan jenang merah. Mungkin kalau tidak, barangkali tidak ada nama Soekarno yang kemudian menjadi Penyambung Lidah Rakyat itu,” ujar Kushartono.
Ia membenarkan, ahli waris Ndalem Pojok terakhir, RM Kusumo Haryono yang selama ini menempati rumah bersejarah itu baru saja menutup mata, Senin (9/2) baru lalu. Saudara angkat BK itu wafat dalam usia 76 tahun [ARS/L-8]