Mungkin ini yang sedikit berbeda dengan haul Bung Karno di Blitar, yang penuh dengan ribuan tumpeng. Ditempat masa kecil Sang Proklamator yang berada di Desa Pojok Kec. Wates Kediri ini tidak banyak tumpeng tapi ada macopatan dan nyanyian lagu-lagu Proklamator.
Soal adanya lagu-lagu karawitan ini menurut panitia sempat diingatkan oleh peserta yang datang dari Blitar. “Pesen saya nanti kalau Haul Bung Karno di Ndalem Pojok buat yang hikmat cukup doa dan tumpengan saja. “Tidak ada pagelaran. “Kan ini suasana duka tidak pantas senang-senang,” aku Kushartono menirukan pesan salah seorang kerabatnya dari Blitar yang sempat mengusulkan adanya Haul Bung Karno di Kediri.
“Namun dalam musyawarah berubah,” tambah Kus. Seorang Bapak peserta musyawarah mengusulkan supaya ada mocopatan malah ada seorang ibu yang mengusulkan karawitan. Sedikit berdebat, masing-masing mengutarakan alasanya. Ahirnya disepakati mocopat dan lag-lagu karawitan di terima dengan catatan. Bahwa semua lagu yang dibawakan harus menyesuwaikan dengan tema malam itu.
“Jadi boleh nggak papa. “Kan lagu-lagunya lagu duka, lagu perjuangan yang mengingatkan akan kebersaran Bung Karno. “Bukan lagu-lagu yang tak bermakna,” tambah Sumaryono Ketua Sanggar Budaya Sasono Pandji Saputro Ndalem Pojok di Situs Bung Karno Kediri.*