Surat usulan Hari Perdamaian Dunia Abadi kepada PBB yang di usung oleh beberapa komunitas di Situs Ndalem Pojok Persada Sukarno 20 November 2019 lalu titipkan kepada Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang hadir diwakili oleh Irene Camelyn Sinaga, M.Pd. Direktur Pembudayaan Pancasila BPIP. Bersama penyerahan surat itu dilepas beberapa burung dara sebagai simbol perdamaian.
“Dalam rapat bersama komitas seminggu yang lalu kita sudah sepakat surat usulan ke PBB ini akan kita titipkan ke BPIP. Ya semoga beliau dengan senang hati mau menerima,” ujar Agusta Danang P.
“Sebagai simbolisnya ada pelepasan burung dara yang kakinya akan kita ikat dengan copyan surat ke PBB ini,” tambah pemuda asal Kawedusan ini.
Peluncuran surat ini bersamaan dengan acara “Jagongan Pembakti Kampung dan Komunitas Kediri Raya yang akan dihadiri BPIP bersama rombongan dari Jakarta. Hadir juga Dr. Soenarto Retor Universitas Bung Karno Jakarta, rene, DR Riyanto dari Universitas Brawijaya ( UB) Malang ; Redy, Presiden Japung Nusantara dan Dwi Cahyono, Arkeolog Universitas Negeri Malang.
Ketua Ketua Harian Situs Ndalem Pojok Persada Sukarno Kediri mengatakan mengapa kita harus memunculkan 30 September 1960 sebagai Hari Perdamaian Dunia Abadi. Apa alasannya karena menurutnya kita tidak boleh melupakan sejarah.
“Presiden Soekarno mengatakan. Jas Merah. Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Nah tanggal 30 September 1960 ini adalah peristiwa besar yang cukup bersejarah tapi terlupakan. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali terlupakan,” aku Kushartono.
“Nah usulan Hari Perdamaian Dunia Abadi ini adalah usaha untuk menggebrak ingatan bangsa kita supaya kita sadar kembali,” tambahnya.
Dikatakan dengan ingat pada peristiwa tersebut diharapkan akan tumbuh rasa bangga terhadap Pancasila. Dengan tumbuhnya rasa bangga terhadap Pancasila diharapkan akan tumbuh cinta kepada Pancasila, cinta kepada bangsa yang berjiwa Pancasila, cinta kepada tanah air tempat lahirnya Pancasila, dan cinta pada NKRI yang bersadarkan Pancasila.
Dengan tumbuhnya rasa cinta terhadap Pancasila, cinta bangsa, tanah air dan negara otomatis akan tumbuh menjaga, merawat juga melindungi Pancasila, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan tidak menutup kemungkinan dengan cinta yang sudah mendalam akan melahirkan jiwa rela berkorban demi Pancasila, bangsa dan Negara.
“Jadi menurut kami usulan ini punya efek edukasi pendidikan karakter. Saya pikir hebat betul Bung Karno itu. Dengan cara sederhana, hanya dengan tidak meninggalkan sejarah dampaknya cukup luar biasa. Bisa menumbuhkan kesadaran, dari kesadaran muncur kebanggaan, dari kebanggan melahirkan kecintaan, dari kecintaan menelorkan rela berkorban dan semangat membangun bangsa dan negara,” tambah Kus.
Untuk mengenalkan Hari Perdamaian Dunia Abadi beberapa kegiatan sudah dilakukaan. Seperti menggalar dialaog, diskusi, lomba-lomba, membuat karya tulis, puisi, deklamasi. Usaha dengan doa bersama, santunan fakir miskin bahkan mengarang lagu juga membuat kaos juga sudah dilakukan.
“Kami insaf untuk mencapai Perdamaian Dunia Abadi sangat tidak mudah. Mungkin butuh waktu puluhan bahkan ratusan tahun. Tapi langkah kecil sekarang harus kita mulai,” pungkasnya.*