POSMO. Peneliti sejarah Perang Diponegoro, Prof Peter Carey dari Oxford University Inggris menggelar diskusi ‘Bung Karno dan Diponegoro Dalam Satu Perbandingan’ di rumah masa kecil Bung Karno (BK) Ndalem Pojok di Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Jumat malam, 4 September 2015 bersama aktivis penggiat sejarah. Berikut ini hasil diskusinya.
Dalam forum diskusi bersama aktivis penggiat sejarah di rumah masa kecil Bung Karno, Prof Peter Cerey selaku pembicara utama banyak mengupas perbandingan antara Bung Karno dan Pengeran Diponegoro. Peter kemudian memperlihatkan foto Bung Karno saat memberikan penjelasan kepada tamu negara terkait sosok Pengeran Diponegoro di Istana Jogjakarta 17 Agustus 1946.
Guru besar itu sudah menghabiskan waktunya selama 40 tahun untuk melakukan penelitian Di hadapan aktivis, budayawan, seniman dan beberapa elemen masyarakat Kediri mengungkap kemiripan dua tokoh besar yang dimiliki Indonesia dari nasib, takdir, dan perjuangan.
Dari hasil penelitian Prof Peter Carey, Bung Karno begitu tertarik dengan sosok Pengeran Diponegoro. Karena ternyata kedua tokoh itu punya banyak persamaan. Di antaranya, kedua tokoh tersebut merupakan anak fajar serta diramal ditakdirkan mempunyai riwayat hidup yang luar biasa.
Baik BK dan Diponegoro mempunyai keturunan non Jawa. BK keturunan Jawa-Bali dan Diponegoro keturunan Bima, Madura , Jawa. Keduanya dididik dan diarahkan oleh kerabat dan orang lain. BK dibimbing oleh HOS Cokroaminoto dan Diponegoro dibimbing neneknya Raden Ayu Serang atau Nyi Ageng Serang.
Selain dikenal sebagai pemuda yang senang mengembara, mereka juga sama-sama memiliki pendamping hidup yang berbobot (Bung Karno memiliki 9 istri, Diponegoro memiliki 7 istri) yang setia mendukung dalam penjuangan.
Keduanya, menurut Carey sama-sama pernah ditangkap pihak lawan. Bung Karno pernah ditangkap Belanda di Maguwo Yogyakarta pada Agresi Militer Belanda II atas perintah Meijer yang kawatnya dikirimkan kepada Van Langen, saat Van Langen di Banaran sebelum masuk Yogyakarta.
“Atas ditangkapnya Soekarno ini, pihak Amerika memberikan kehormatan kepada Belanda. Amerika mengancam jika tak dapat menangkap Soekarno, maka Belanda tak mendapat dana dari Washington,” ungkap peneliti kelahiran Rangoon, Myanmar tersebut.
Sedangkan Diponegoro ditangkap Belanda melalui suatu permainan licik. Diponegoro ditangkap ketika menemui Jendral De Kock di Magelang kemudian diasingkan ke Makassar. Pangeran Diponegoro wafat pada tanggal 8 Januari 1855 dan dimakamkan di Makassar, Sulawesi Selatan. (selengkapnya baca tabloid posmo edisi 848)