TEMPO.CO, Jakarta – Upacara bendera memperingati Hari Kemerdekaan di situs Bung Karno Kediri bisa jadi peringatan termahal. Para peserta diwajibkan menyerahkan uang atau sayuran kepada petugas agar bisa mengikuti upacara bendera.
Syarat penyerahan uang dan hasil bumi ini menjadi harga mati yang ditetapkan panitia peringatan Hari Kemerdekaan di rumah yang pernah dihuni presiden pertama Soekarno semasa kecil, di Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Panitia menarik upeti dari para peserta yang didominasi pelajar dan remaja sebelum upacara dimulai pagi tadi.
Uniknya, persyaratan tersebut tak menghentikan minat para pelajar untuk tetap mengikuti upacara bendera di situs yang dikenal dengan nama Ndalem Pojok ini. Mereka justru antusias menyerahkan sayur mayur yang dibawa dari rumah serta mengisi kotak sumbangan secara sukarela.
Bukan untuk mencari laba atau kepentingan pribadi, persyaratan tersebut hanyalah strategi pengelola situs Ndalem Pojok untuk menanamkan rasa cinta Tanah Air dan pengabdian kepada generasi muda. “Jika di tempat lain peserta diiming-imingi snack agar ikut upacara, di sini mereka harus memberikan sesuatu untuk bangsa,” kata Kushartono, pengelola situs, Senin, 17 Agustus 2015.
Menurut dia, apa yang dilakukan kepada para peserta upacara yang mayoritas pelajar dan remaja sangat sesuai dengan konteks kekinian, yakni rakyat sibuk menagih hak kepada pemerintah tanpa menghitung peran apa yang sudah diberikan kepada bangsa. Pendidikan inilah yang diimplementasikan kepada anak-anak untuk berlatih memberi apa yang mereka punya kepada bangsa. “Sumbangan itu akan kami salurkan kepada fakir miskin,” kata Kushartono.
Selain menanamkan cinta Tanah Air, pengelola situs Ndalem Pojok juga mengajarkan keberagaman adat dengan meminta para pelajar mengenakan pakaian tradisional saat upacara. Dan rangkaian kegiatan itu ditutup dengan pembacaan doa oleh lima tokoh lintas agama.
Rumah Pojok adalah rumah warga bernama Soemosewojo yang berada di Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Sejumlah sesepuh mengatakan rumah itu pernah dihuni oleh Bung Karno semasa kecil saat berusia dua tahun. Hal ini dibuktikan dengan dokumentasi foto yang menggambarkan aktivitas Soekarno saat remaja dan menjadi presiden di rumah itu.