Agenda shillaturrohmi, diskusi Ngopi Bareng Ndalem Pojok untuk yang pertama kalinya digelar Rabu malam Kamis Pon 13 November 2013. Acara berlangsung lancar, hikmat dan sukses. Kendati peserta yang hadir hanya sekitar empat puluh orang namun jalannya diskusi berjalan hidup cair, saling mengisi dan melengkapi. Sesekali canda tawa meledak ditengah keseriusan berfikir. Tema perdana yang di angkat berjudul “Apa itu Ndalem Pojok”.
Acara dibuka dengan doa, menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Pembacaan Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 oleh Sumaryono. Dilanjutkan tawasul, bacaan Sholawat Nabi baru kemudian pengenalan anggota, diskusi dan belajar bersama yang dipandu oleh Adnan. Di tengah berjalannya diskusi agena di isi dengan pembacaan puisi oleh Cak Juwaini budayawan asal Kediri.
Perbincangan tentang Situs Ndalem Pojok diantaranya mengenahi soal sejarah dan proses awal muculnya Situs Ndalem Pojok, pengenalan lokasi dan benda-benda peninggalan Sukarno, juga menyinggung visi misi Ndalem Pojok.
“Sebenarnya dari kita juga mengundang Dian Sukarno penulis buku Kawah Candradimuka Ndalem Pojok, selain itu juga mengundang Mbah Selo dari sesepuh Gunung Wilis. Sayang karena mungkin waktu yang mendadak beliau berhalangan hadir,” ujar Herbowo relawan Situs Bung Karno asal Solo Jawa Tengah.
Menurut Herbowo dari judul bukunya saja “Kawah Candradimuka Bung Karno” sudah kelihatan apa itu Ndalem Pojok, menurut kaca mata Dian Sukarno. Sementara kehadiran Mbah Selo dari sesepuh Gunung Wilis diharapkan bisa mengupas dari sisi simbol-simbol nama. Apa makna Kediri, makna Wates, makna Pojok sampai makna isyarat pohon kepuh hal jika diungkap juga bisa menjadi penerang apa itu Ndalem Pojok.
Meski dua tokoh ini belum bisa hadir nampaknya peserta diskusi dan belajar bareng tidak kecewa, semua peserta yang mayoritas sudah lama menjadi relawan Ndalem Pojok bisa saling mengisi. Seperti ‘tesnimoni’ dari Sumaryono warga Desa Pojok, Lukito warga Wates, Danu Sukendro Janti, Juwaini, Ari Hakim Kampung Inggris dan lain-alin.
Menariknya diskusi ini tanpa ada kesimpulan dari moderator, sebelum ditutup di isi ahiri doa dan tembang Mocopat.
“Memang segaja kita tidak membuat kesimpulan. Biarlah masing-masing dari diri kita sendiri yang membuat kesimpulan. Ambil yang baik dan bermanfaat dan buang yang tidak baik,” tegas Andan moderator diskusi.
Kedepan untuk menambah hidupnya suadara selaku penggerak Adnan berharap acara selain puisi dan mocopat juga bisa ditambahkan musik atau gamelan.* Min