Dari Bedah Buku Trilogi Spiritualitas Bung Karno 1: Candradimuka (2)
(Jawa Pos Radar Kediri). Awal mula keterkaitan Dusun krapak. Desa Pojok Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri dengan Soekarno tak bias lepas dari riwayat penyakit Sang Proklamator RI tersebut. Juga, dengan sosok yang dikenal sebagai Denmas Mendung.
Riwayat penyakit masa kecil Bung Karno sempat disinggung sekilas dalam buku “Penyambung Lidah Rakyat” karya Cindy Adams. Dalam buku yang berisi hasil wawancara wartawan Amerika yang pernah bertugas di Jakarta pada 1960-an itu, Bung Karno mengatakan:“Namaku ketika lahir adalah Kusno. Aku memulai hidup ini sebagai anak yang sakit-sakitan. Aku terkena malaria, disentri, semua penyakit dan setiap penyakit. Bapak berpikir, namanya tidak cocok. Kita harus memberikan nama lain supaya tidak sakit-sakitan lagi.”
Kisah tentang penyakit dan perubahan nama kecil Bung Karno itulah yang dibeber cukup banyak dalam buku karya Dian Sukarno ini. Kusno kecil mulai sakit-sakitan setelah ayahnya, Raden Soekeni, yang menjadi guru dimutasi oleh Pemerintah Hindia Belanda dari Surabaya ke Ploso, Jombang.
Saat itu, Kusno masih berusia enam bulan. Pindah ke daerah kering dan berkapur di deretan Pegunungan Kabuh, bayi Kusno menjadi sering sakit-sakitan. Bahkan, suatu ketika sampai pada masa kritisnya dan nyaris meninggal. Inilah yang membuat orang tuanya, Raden Soekeni dan Idayu Nyoman Rai Srimben, kebingungan
Di saat itulah Soekeni mendengar keberadaan seorang berkemampuan lebih yang sering dimintai tolong warga sekitar kala kesusahan.
Termasuk, kala mendapatkan penyakit. Orang-orang menyebutnya dengan nama Denmas Mendung. Tinggalnya di Kedungpring, Kabuh. Berjarak sekitar empat kilometer dari tempat tinggal Soekeni.
Dalam keadaan kritis, bayi Kusno yang belum genap setahun digendong Soekeni untuk dilarikan ke rumah Denmas Mendung. Ditemani seorang tetangga, mereka menaiki dokar menembus jalanan hutan Kapur.
Sesampaiainya di sana, Soekeni menunggu di luar. Bayi Kusno di bawa masuk kepada Denmas Mendung oleh tetangganya. Orang ‘sakti’ yang asaI usulnya misterius bagi penduduk sekitar itu bersedia menolongnya. Namun, dia mempunyai syarat. Yakni, jika Tuhan berkehendak untuk menyembuhkannya, ia ingin mengambil bayi Kusno sebagai anak angkatnya. Selain itu, nama Kusno harus diganti karena nama tersebut terlalu berat bagi sang bayi.
Soekeni tidak keberatan. Hingga, singkat cerita, lewat tangan Denmas Mendung, Tuhan menyembuhkan bayi Kusno yang kala itu sudah tidak bisa apa-apa dan nyaris meninggal.
Soekeni pulang dengan hati girang bukan kepalang. Dia tak henti-hentinya bersyukur kepada Tuhan. Kabar gembira itu pula yang langsung disampaikannya kepada sang istri, Idayu Nyonian Rai, setiba di rumah.
Idayu pun menyambut penuh syukur. Tapi, dia sangat penasaran dengan sosok Denmas Mendung itu. (adi nugroho/ hid/bersambung).* Diketik ulang dari Jawa Pos Radar Kediri edisi Minggu 7 Juli 2013