sindonews.com RUMAH masa kecil Bung Karno (BK) di Dusun Krapak, Desa Pojok, Wates, Kediri, Jawa Timur, sarat kenangan. Di sinilah Bung Karno diasuh ayah angkatnya, RM Surati Soemosewoyo alias Denmas Mendung, kerabat R Soekeni Sosrodihardjo yang tak lain ayahanda Bung Karno. Di rumah ini, BK cilik tinggal kurang lebih tiga tahun saat usia 2 hingga 5 tahun.
Tak banyak warga Wates, Kediri yang tahu keberadaan rumah masa kecil Bung Karno di Dusun Krapak, Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kediri. Saat Sindonews beberapa kali bertanya ke warga soal keberadaan rumah Bung Karno, mereka hanya menggeleng.
“Setahu saya rumah BK ya di Blitar (Ndalem Gebang),” jawab warga tadi.
“Saya kok baru dengar ya,” jawab warga lain keheranan saat ditanya rumah masa kecil BK di Wates.
Wajar banyak warga tidak tahu karena keberadaan rumah Bung Karno di Dusun Krapak, Desa Pojok, Wates, Kediri sengaja dirahasiakan sejak Orde Baru berkuasa. Baru tahun 2013 perlahan dibuka.
Namun, kian mendekati Dusun Krapak, warga makin ngeh. Warga lebih paham kalau ditanya soal rumah petilasan BK. “Terus saja nanti ada pertigaan belok kiri lalu belok kanan. Ada tulisan besar. Itu rumah BK,” jelas warga kepada Sindonews.
Memasuki halaman rumah masa kecil Bung Karno yang kerap disebut Ndalem Pojok, suasananya asri khas pedesaan. Selain halamannya cukup luas, banyak pepohonan hingga menjadikan lingkungan Ndalem Pojok adem. Apalagi rumah ini berada di kaki Gunung Kelud.
Sore itu, ada seorang bapak sedang menyirami tanaman dan halaman berupa tanah pasir. “Silakan masuk. Ibu ada di dalam kok,” katanya.
“Saya hanya bantu-bantu di sini,” ujar bapak itu terus melanjutkan pekerjaannya.
Tak lama, muncul perempuan sepuh dari rumah joglo yang masih terawat resik itu. “Silakan masuk,” ujar Suratmi (69), yang tinggal di Ndalem Pojok sejak tahun 1963.
“Tidak banyak perubahan rumah ini sejak didirikan Eyang Panji RMP Soemosewoyo sekitar tahun 1862 hingga 1870 itu,” kata ibu enam putra itu.
Rumah gebyok berbentuk joglo cukup luas. Berukuran sekitar 15 x 30 meter yang menempati areal satu hektare lebih. Beragam tanaman tua tumbuh di lingkungan Ndalem Pojok. Mulai pohon jati, sawo kecik, mangga, belimbing, dan maskotnya pohon kantil super jumbo yang berada persis di depan rumah.
“Dulu pohon kantil tumbuh lebat. Nggak tahu kok sekarang mulai mengering. Itu setelah kita pupuk kok malah begini,” ujar Suratmi dengan mimik geton (kecewa).
Selain itu, Suratmi juga menanami halaman rumahnya yang luas dengan tanaman herbal atau kesehatan, seperti, kunyit, jahe, kumis kucing, sambiroto, dan tanaman sembung legi.
“Semua itu berguna untuk menjaga kesehatan. Kita tumbuk lalu dicampur air dan diminum,” terangnya.
Menurut Suratmi, berdasarkan pesan almarhum suaminya, RM Haryono, rumah warisan itu harus dijaga keasliannya kecuali jika ada bagian yang rusak terpaksa harus direnovasi. “Jadi, sejak kami tempati ya tak banyak perubahan,” kata Suratmi. (bersambung)