Dua bilah pusaka tradisional berupa keris dan mata tombak milik Presiden Republik
Indonesia Ir. Soekarno pada akhir bulan Muharrom ini dijamasi. Prosesi jamasan yang
dilakukan di Situs Ndalem Pojok Persada Sukarno Desa Pojok Kecamatan Wates Kabupaten
Kediri.
“Tadi malam baru selesai prosesi jamasan dengan selamatan. Kita mengundang masyarakat
sekitar untuk berdoa dan menjadi sakti jamasan ini. Seraya mengharap Berkah Rahmat
Tuhan Yang Maha Esa,” aku Kushartono Ketua Harian Persada Sukarno Kediri. Jumat, 26
Agustus 2022.
Ki Bukori salah satu pemimpin ritual penjamasan menjelaskan, prosesi pencucian benda
pusaka tersebut telah dilakukan sejak puluhan tahun silam oleh keluarga besar Dalem Pojok,
namun dahulu prosesi tersebut selalu tertutup.
“Baru dua kali ini dibuka untuk masyarakat umum. Dulu pertama tahun 2019 kamudian
tahun 2022 ini dibuka kembali. Harapannya agar masyarakat tahu, prosesi adat pencucian
serta agar tahu jenis pusaka peninggalan leluhur,” jelasnya.
Ada puluhan pusaka yang dijamasi, sementara ada dua pusaka adalah milik Presiden
Soekarno yakni keris sengkelat dan tumbak.
“Cukup banyak yang kita jamasi, selain milik Ndalem Pojok dan peninggalan Pak Bung Karno
ada juga titipan dari masyarakat sekitar yang ikut serta dijamasi,” tambah Ki Bukori.
Dua pusaka Bung Karno dari sisi sejarah dua bilah pusaka tersebut diperkirakan buatan
Empu Supo Mandrangi yang hidup di abad 15 tepatnya pada zaman kerajaan Brawijaya.
Untuk jenis keris yang dipunyai Bungkarno yakni jenis Keris Sengkelat.
“Tombak dan keris ini menurut pakem perkerisan adalah keris kyai sengkelat. Dan keris ini
memang harus dimiliki oleh raja di zaman dahulu. Kalau zaman dahulu Empu Supo membuat
ini memang untuk dipegang raja Brawijaya guna menumpas pemberontakan,” kata Andri
pecinta keris asal Blitar.
Menurut cerita dari keluarga Ndalem Pojok tombak dan keris milik Bung Karno ini asalnya
dari pemberian seoarang kepala desa di Grobokan Jawa Tengah, pada tahun 1947 saat
Bung Karno mengadakan kunjungan kesana.
“Presiden Seokarno saat itu sedang mengadakan kunjungan baca tulis di daerah Grobokan
didampingi kelurga Ndalem Pojok, RM. Sajid Soemohatmodjo yang waktu itu menjabat
sebagai penasehat Presiden sekaligus Kepala Rumah Tangga Istana. Usai kunjungan tersebut
Bung Karno meminta agar pusaka tersebut disimpan di Ndalem Pojok. Begitu kisah
singkatnya menurut Bapak saya,” aku Kushartono.
“Jadi pusaka ini diberikan kepada Bung Karno selaku Presiden RI. Kenapa diberikan kepada
Bung Karno, karena memang pada saat itu si kepala desa tahu kalau Bung Karno memanglah
pemimpin negeri ini yang pantas menerima keris dan tombak tersebut. Kemudian atas
kemauan Presiden sendiri pusaka ini disimpan di Ndalem Pojok Kediri. Kemudian mengapa
harus disimpan di Kediri, ini yang masih menjadi misteri,” pungkas Kus.*